-->

MOMENTUM WAWASAN NUSANTARA MELANDASI KEBANGKITAN MARTABAT BANGSA INDONESIA


Nusantara

Suatu negeri yang berbentuk kepulauan Nusantara memiliki kekayaan alam yang sangat luar biasa sejak berabad abad yang lampau. Banyak ditemukan pula sisa-sisa dari jaman purbakala misalnya berupa bangunan candi diantaranya yaitu kebudayaan mesolithikum,neolithikum,perunggu (dongson) dan megalithikum yang semuanya menjadi cikal bakal bangsa dan kebudayaan Indonesia. Selain itu daerah asal nenek moyang bangsa Indonesia sangatlah luas meliputi rumpun Melayu- Austranesia yaitu dari Madagaskar ketimur sampai pulau Paskah, dari Formosa ke selatan sampai Selandia Baru. Selain bangsa pelaut nenek moyang bangsa Indonesia juga ahli bercocok tanam dan berdagang secara barter.
Karena letak kepulauan Nusantara atau Indonesia itu berada diantara dua benua dan dua samudera, maka banyak bangsa asing yang berdagang melintasi jalur tersebut tertarik untuk singgah di setiap daerah yang dilaluinya. Hingga permulaan tarikh Masehi terjadi hubungan perdagangan pertama kali dengan India yang datang ke Swarnadwipa (Sumatera) dan Jawadwipa (Jawa). Selain itu Fa Hien musafir dari China yang akhirnya menjadi salah seorang dari wali songo bergelar Sunan Rahmat serta para pedagang atau saudagar-saudagar dari Gujarat dan Persia sejak abad ke 7 juga turut berdatangan sambil mengembangkan agama Islam di Indonesia. Penyebaran agama Islam di pesisir Nusantara pada masa itu tidaklah sulit mengingat beberapa factor diantaranya :
1. Para saudagar di pantai utara pulau Jawa terbebas dari kewajiban untuk tunduk dan membayar upeti kepada raja-raja pedalaman seperti Pajajaran dan Majapahit.
2. Memperlancar hubungan perdagangan antara sesama pedagang Islam Asia Afrika dan Timur Tengah.
3. Juga dalam Islam tidak ada aturan kasta seperti yang diberlakukan oleh kerajaan Hindu pada jaman itu.
Mulai abad ke 12 pusat-pusat perdagangan berkembang menjadi lahirnya kerajaan-kerajan Islam Nusantara, yaitu antara lain : Kerajaan Samodra Pasai (1292),Kerajaan Malaka (1400-1511),Kerajaan Demak (1400-1568),Kerajaan Aceh (1607-1636),Kerajaan Mataram (1613-1645), Kerajaan Goa (1650-1669), Kerajaan Banten (1650-1682),Kerajaan Ternate dan Tidore yang merupakan penguasa bersama perdagangan rempah-rempah di Maluku
sebelum kedatangan bangsa Eropa di abad ke 16.
Kerajaan-kerajaan Islam Nusantara tersebut waktu itu sangat mempunyai peranan besar dalam mempersatukan Indonesia diantaranya :
1. Pada awalnya, selain pusat perdagangan juga tempat penyebaran agama Islam.
2. Mempergunakan bahasa dan tulisan yang sama yaitu Arab-Melayu.
3. Berkembangnya agama Islam sehingga menjadi agama mayoritas di Indonesia sampai sekarang.
4. Melakukan perlawanan terhadap Portugis dan VOC.

Marco Polo

Bangsa Eropa pertama yang datang di Indonesia adalah Marco Polo dari Italia
(abad ke 12) yang singgah di Sumatera Utara dalam perjalanan pulang dari Tiongkok. Selanjutnya pada abad ke 15 bangsa asing terutama orang-orang Eropa datang di Indonesia membawa dampak yang luas terjadinya imprialisme dan kolonialisme.

Portugis

Kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol dilandasi semangat “gospel, gold and glory” yaitu menyebarkan agama Nasrani,mencari emas dan kejayaan. Didorong pula oleh semangat yang mereka namakan “reconquesta” yaitu pembalasan untuk merampas negeri-negeri Islam, karena selama lebih dari 7 abad Spanyol dan Portugal berada dibawah kekuasaan Islam,sampai takluknya benteng Islam terakhir di Granada pada tahun 1492. Selanjutnya Portugis dengan dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque merebut pusat perdagangan Islam di Kerajaan Malaka pada tahun 1511.Dan berturut-turut Portugis melakukan serangkaian ekspansinya untuk menjatuhkan kedaulatan raja-raja Islam Nusantara dengan berpura-pura menjalin kerjasama perdagangan namun akhirnya melakukan monopoli yang merugikan. Diantara perbuatan licik Portugis adalah berhasil membunuh Sultan Hairun dari Ternate (1512). Dampaknya terjadilah perlawanan kekuasaan kolonialisme, antara lain perlawanan :
1. Dipati Unus dari kerajaan Demak (1512-1513) bersama dengan armada Palembang, Bintan dan Aceh menyerbu dan berusaha merebut kembali Malaka dari tangan Portugis,namun usaha ini mengalami kegagalan.
2. Fatahillah dari Demak (1526-1527) menduduki pantai utara Jawa Barat dan pelabuhan Sunda Kelapa yang diubah namanya menjadi Jayakarta (22-Juni-1927) dan sekarang menjadi Jakarta. Usaha Fatahillah tersebut tujuannya menghambat hubungan kerjasama Portugis dengan Pajajaran.
3. Sultan Baab Ullah dari Ternate (1570-1575) berhasil mengusir Portugis dari Maluku Utara hingga Portugis terdesak ke pulau Timor bagian Timur;
Pengaruh peninggalan Portugis di Indonesia dibuktikan oleh: berkembangnya agama Katolik dan Kristen, bangunan berupa benteng, adanya lagu berirama keroncong dan sebagainya.

VOC = Vereenigde Oostindische Compagnie

Ekspedisi pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman merapat di pelabuhan Banten pada tanggal 27 Juni 1596 konon sebagai cikal bakal penjajahan Belanda di negeri kepulauan Nusantara ini. Karena sejak saat itu pelaut-pelaut dari negeri Belanda semakin sering mengunjungi Nusantara untuk tujuan yang sama dengan Portugis yaitu menyebarkan agama Nasrani, mencari emas (kekayaan alam Nusantara) dan kejayaan menguasai negeri (menjajah Nusantara). Ekspedisi de Houtman banyak mengalami kegagalan bahkan pada waktu kembali dalam ekspedisi kedua bersama kakaknya Frederik de Houtman,Cornelis de Houtman tewas terbunuh setelah diserang oleh pasukan kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin Laksamana Keumalahayati (1599).
Politik ekonomi Merkantilisme yang berkembang di Eropa Barat pada waktu itu telah melandasi dibentuknya perserikatan dagang Belanda yang disebut Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) tahun 1602.
VOC mempunyai hak-hak istimewa untuk bertindak selaku penguasa tunggal di daerah kekuasannya antara lain yaitu :
1. Membentuk pemerintahan baik sipil maupun militer di daerah yang didudukinya.
2. Menyatakan perang dan membuat segala bentuk perjanjian kenegaraan dengan raja-raja di Nusantara.
3. Mencetak dan mengedarkan mata uang sendiri.
Daerah pertama yang dirampas oleh Kompeni VOC adalah benteng Portugis di Ambon yang dijadikan basis pemerintahan VOC pada tahun 1605.Selanjutnya secara bertahap VOC melakukan penghancuran terhadap kekuasaan raja-raja Islam Nusantara dan melakukan penindasan terhadap para saudagar atau pedagang disepanjang pesisir pantai perairan Nusantara. Karena dengan cara itu maka perdagangan dan pelayaran Nusantara dapat dikuasai oleh VOC seluruhnya. Untuk memperkuat kedudukan VOC di Nusantara maka untuk pertama kali pemerintah Belanda mengangkat Gubernur Jenderal Pieter Both (1610-1614). Pada tahun 1611 kantor dagang VOC dipindahkan ke Jayakarta menempati bangunan yang terkenal dengan nama Nassau Huis.
Pada tahun 1614 pemerintah Belanda mengganti Pieter Both dengan Gubernur Jenderal VOC yang baru bernama Gerard Reynst. Segala bentuk paksaan terus berlangsung yang dilakukan VOC terhadap orang-orang pribumi, antara lain :
1. Monopoli perdagangan.
2. Pungutan pajak hasil bumi dengan berbagai aturannya.
3. Melakukan kerja paksa (rodi)
4. Melaksanakan pelayaran hongi (hongi tochen) di perairan Maluku.
5. Wajib menanam kopi di Priangan (Preanger stelsel).
6. Wajib tanam pala dan cengkeh di Maluku.
7. Ekstirpasi yakni menebang pohon rempah-rempah yang melanggar aturan monopoli.
Keadaan tersebut berlangsung terus sampai masa Gubernur Jenderal Laurens Reaal (1616-1619),sehingga VOC memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dari hasil penindasan terhadap bangsa Indonesia. Tidak dapat dilukiskan lagi bagaimana kekejaman Belanda menghisap darah dan kekayaan bangsa Indonesia untuk kemakmuran negerinya. Pada waktu Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen (1619-1623) berkuasa, Belanda meletakan dasar kekuasaannya di Indonesia. Gubernur Jenderal yang terkenal kejam ini telah membuka jalan bagi penjajahan dan kesengsaraan di bumi Indonesia selama lebih dari 300 tahun.
“Gospel, gold and glory” telah berhasil dan sukses diterapkan oleh Belanda di bumi Nusantara yakni suatu wilayah kepulauan yang tadinya indah, tenteram dan damai. Negeri Nusantara telah dirusak tatanan, agama dan budayanya oleh bangsa Belanda. Sehingga menimbulkan kondisi perlawanan rakyat dimana-mana yang tidak pernah berhenti mengusir penjajahan walaupun sifatnya masih kedaerahan.
Pada akhirnya ada juga dampak dari menikmati hasil jajahan yaitu banyaknya pegawai VOC yang korupsi sehingga defisit keuangan. Selain itu dampak perlawanan dari rakyat Indonesia yang tertindas membuat VOC banyak mengeluarkan biaya perang. Bahkan dalam perniagaan VOC kalah bersaing dengan perserikatan dagang Inggris dan Perancis.Sehingga VOC tidak memperpanjang kontraknya di Nusantara dan resmi dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799.

Perlawanan di Maluku

Walaupun VOC telah dibubarkan namun politik imperialisme tetap dijalankan oleh pemerintah Belanda dengan membentuk daerah-daerah bekas jajahan VOC menjadi daerah otonom dengan nama India-Belanda (Nederlands-Indie). Kondisi tersebut dimanfatkan oleh rakyat Maluku untuk mengadakan pemberontakan terhadap Belanda, diantaranya pertama kali pada masa VOC dibubarkan yaitu perlawanan Sultan Nuku dari Tidore (1797-1805). Sultan Nuku berhasil memecah kekuatan kolonial Belanda dan Inggris,sehingga pada tahun 1802 Sultan Nuku dapat merebut benteng-benteng Belanda di Tidore dan ternate. Berikutnya perlawanan kedua yang menggemparkan seluruh Maluku yaitu perang Pattymura pada tahun 1817, berkobar di pulau-pulau Saparua, Haruku dan Nusa Laut. Diantara perjuangan rakyat Maluku melawan kolonial terdapat pahlawan wanita yang cukup terkenal yakni Kristina Marta Tiahahu.

Perang Padri di Minangkabau

Pergolakan antara golongan pemangku adat dan kaum Padri telah memicu meletusnya perang saudara di ranah Minangkabau. Gerakan Padri yang berlandaskan agama Islam muncul sejak tahun 1802 menentang tradisi adat Minangkabau yang suka melakukan perbuatan menyabung ayam, minum tuak, perjudian, adat paman kemenakan serta adat matrilineat lainnya yang tidak sesuai dengan akidah Islam. Akibatnya golongan adat yang dipimpin oleh Datuk Sati meminta bantuan Belanda untuk menindas kaum Padri dibawah pimpinan Datuk Bandaro yang kemudian digantikan oleh Tuanku Imam Bonjol ketika meletus perang Padri (1821-1837). Belanda tidak berhasil mengadu domba kaum pemangku adat dengan kaum padri,karena belakangan malah seluruh rakyat Minangkabau bersatu melawan pasukan Belanda yang ingin menjajah bumi Minangkabau. Belanda menyerang benteng kaum Padri yang terletak didaerah Bonjol dengan pasukan yang didatangkan dari Batavia dan selama perang Padri berlangsung Belanda menggunakan 2 benteng sebagai pertahanan yaitu Fort de kock dan Fort van de Capellen di daerah Batusangkar. Penjajah Belanda menerapkan strategi tipu muslihat untuk menghadapi perlawanan rakyat Minangkabau dengan mengeluarkan Plakat Panjang (1833) yang isinya menyatakan bahwa Belanda tidak bermaksud menguasai negeri Minangkabau tetapi hanya untuk berdagang dan menjaga keamanan, rakyat Minangkabau tetap dipimpin oleh penghulu adat dan tidak diharuskan membayar upeti. Bersamaan dengan itu Residen Belanda mengirim utusan untuk mengadakan perundingan dengan Tuanku Imam Bonjol dan memberlakukan gencatan senjata selama 14 hari. Tuanku Imam Bonjol akhirnya bersedia berunding dengan belanda, tetapi dengan licik Belanda malah menangkap Tuanku Imam Bonjol yang mengakibatkan jatuhnya benteng kaum Padri di Bonjol (1837). Kemudian Tuanku Imam Bonjol diasingkan ke Minahasa sampai beliau wafat di tanah pembuangan tersebut pada tahun 1864.Para pengikut Imam Bonjol tetap meneruskan perjuangan dibawah pimpinan Tuanku Tambuse menyingkir ke wilayah Tapanuli. Setelah perang Padri berakhir maka penjajah Belanda menguasai seluruh wilayah Sumatera Barat dengan memberlakukan cultur stelsel yakni tanam paksa kepada rakyat diwajibkan untuk menanam kopi.

Perang Diponegoro di Jawa

“De Java Oorlog” begitulah penjajah Belanda menyebut perang besar yang mengakibatkan banyak korban terjadi selama lima tahun (1825-1830) di tanah Jawa. Perang antara penduduk pribumi yang dipimpin oleh seorang yang bernama Pangeran Diponegoro melawan penjajah Belanda dibawah pimpinan Jenderal De Kock ini disebut juga sebagai perang Diponegoro.Perang ini dipicu oleh rencana pembuatan jalan dari Yogyakarta ke Magelang melewati Muntilan, dimana Belanda membelokan pembuatan jalan tersebut melewati Tegalrejo hingga pada salah satu daerah Belanda menyerobot tanah pekarangan yang dijadikan makam leluhur Pangeran Diponegoro. Perbuatan penjajah Belanda tersebut memicu kemarahan Pangeran Diponegoro dan memerintahkan agar rakyat mencabut patok patok yang ditancapkan dan menyatakan perang dengan Belanda. Pangeran Diponegoro dianggap telah memberontak sehingga Belanda memerintahkan untuk menangkapnya pada 25 Juni 1825, namun Pangeran Diponegoro beserta keluarganya menyelamatkan diri ke desa Dekso dan selanjutnya bersembunyi di Goa Selarong karena kediaman Pangeran Diponegoro dibakar habis oleh Belanda. Sedangkan Belanda tetap meneruskan rencananya membuat jalan dengan menggusur tanah makam tersebut, sehingga mengundang dukungan dan simpati berbagai lapisan masyarakat kepada perjuangan Pangeran Diponegoro, antara lain dukungan dari :
1. Para bangsawan Jawa dimana salah satu tokohnya adalah Pangeran Mangkubumi yang sudah merasa dikecewakan dengan adanya peraturan Van der Capellen (1822) yang melarang usaha perkebunan swasta di wilayah kerajaan Yogyakarta dan Surakarta.
2. Para kaum ulama diwakili oleh Kiyai Maja yang menolak kebiasaan orang Eropa diterapkan dilingkungan keraton karena bertentangan dengan syariat Islam.
3. Para pangreh-praja yaitu bupati-bupati dari daerah Banyumas,Bagelen,Tegal,Jepara,Madiun dan lain-lain.
4. Spontanitas rakyat yang tertindas oleh kekejaman penjajah Belanda.
Selanjutnya pangeran Diponegoro bersama rakyat yang mendukungnya terlibat pertempuran yang sengit melawan Belanda, sehingga Pangeran Diponegoro melancarkan perang gerilya total. Pertempuran yang dilukiskan lebih dahsyat dari pemberontakan Napoleon Bonaparte di Perancis ini banyak menimbulkan korban harta benda dan jiwa dikedua belah pihak. Namun dengan semangat “sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati” yang artinya sejari kepala, sejengkal tanah dibela sampai mati, pasukan pribumi yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro berjihad melawan penjajah hingga ke pegunungan Manoreh disekitar kaki gunung Merapi dan daerah lainnya di Jawa tengah dan sebagian Jawa Timur. Selama masa penjajahannya di wilayah pedalaman Nusantara, baru pada perang Diponegoro inilah Belanda mengerahkan segala metode yang dipakai seperti menghadapi perang modern di daratan Eropa. Sehingga Belanda pun terpaksa harus menarik sebagian besar pasukannya dari Sumatera Barat dan melakukan gencatan senjata dalam perang Padri pertama. Selain itu Belanda juga menarik pasukannya dari Makassar dan Maluku untuk membantu menghadapi perang Diponegoro di Jawa Tengah. Sampai akhirnya Belanda melancarkan serangan dengan system benteng stelsel,sehingga pada tahun 1829 Belanda berhasil menangkap Kiyai Maja, Pangeran Mangkubumi dan Sentot Ali Basyah. Dampaknya kekuatan pangeran Diponegoro mulai melemah sampai pada tanggal 28 Maret 1830 pihak Belanda menghianati perundingan dan menangkap pangeran Diponegoro. Setelah ditangkap pangeran Diponegoro diasingkan ke Menado, kemudian dipindahkan ke Makassar dan disekap di benteng Rotterdam sampai meninggal dunia pada 8 Januari 1855. Dengan berakhirnya perang Diponegoro selanjutnya Belanda melanjutkan perang Padri babak kedua dengan mengingkari perjanjian gencatan senjata yang telah dibuat.

Bangkitnya Perlawanan Rakyat

Pasca perang Diponegoro dan Perang Padri, maka terjadi pula kebangkitan perlawanan rakyat terhadap kolonial Belanda dengan adanya peristiwa-peristiwa perang yang bersifat lokal dan sporadis seperti diantaranya :
1. Perang Bali, (1846-1849);
Terjadinya perang Bali disebabkan banyak kapal-kapal Belanda yang disita di pantai Bali berdasarkan hak tawan karang, akibatnya kerajaan Buleleng berhasil dikuasai oleh Belanda.
2. Perang Aceh (1873-1904);
Perang yang berkecamuk sekitar 31 tahun menyebabkan Belanda kesulitan dalam malakukan pembulatan daerah jajahan di Hindia-Belanda. Perang yang dikobarkan oleh semangat Islam ini sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan perjuangan rakyat mengusir penjajahan dari bumi Serambi Mekah. Pahlawan nasional yang terkenal dari Aceh adalah Cut Nyak Dien,Teuku Umar,Teuku Cik Di Tiro dan lain-lain.
3. Perlawanan Raden Intan dari Lampung,(1856-1859).
4. Perlawanan Sultan Siak dari Sumatera Utara, 1857.
5. Perang Banjarmasin, (1859-1863);
6. Perang Tapanuli, (1878-1907);
Dengan menggunakan gerakan zending yaitu penyebaran agama Nasrani,Belanda berusaha menguasai daerah-daerah dibawah kekuasaan Raja Tapanuli, sehingga meletuslah perang Tapanuli. Kemudian pada tahun 1903-1905 operasi militer yang dipimpin oleh Jenderal Van Daalen di daerah pedalaman Aceh akhirnya memasuki daerah-daerah Tapanuli yang dipertahankan dengan sangat gigih diantaranya oleh
Si Singamangaraja XII (Ompu Babiat). Gerakan militer Belanda yang datang dari arah Aceh, Sibolga dan Sumatera Barat membuat kedudukan Raja Tapanuli semakin terjepit,sehingga mengakibatkan
Si Simangaraja XII gugur dalam pertempuran pada tahun 1907. Akhirnya seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai oleh Belanda pasca gugurnya pahlawan nasional Si Singamangaraja XII.
7. Perlawanan Raja Lombok, 1896.
8. Perang Bone (1905-1908).
9. Perang Belasting (pemberontakan Kamang) 1908.

Bersambung…